FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENDURUAN KABUPATEN TUBAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENDURUAN KABUPATEN TUBAN

SYAHZANI HERLA ANGGITHA

Stunting merupakan masalah gizi yang muncul sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi selama 1000 hari pertama kehidupan dan menyebabkan tinggi badan anak menjadi lebih rendah dibandingkan usia sebayanya serta gangguan kognitif, motorik, dan verbal di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kenduruan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional menggunakan kuesioner. Sampel penelitian ini sebanyak 90 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling dan dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa asupan protein defisit (p=0,006; PR=1,917; CI=1,124-3,267), asupan protein lebih (p=0,659; PR=1,467; CI=0,550-3,917), ASI eksklusif (p=0,001; PR=2,000; CI=1,256-3,184), tingkat pendidikan ibu dasar (p=0,007; PR=2,283; CI=1,096-4,755), tingkat pendidikan ibu menengah (p=0,847; PR=1,241; CI=0,538-2,866), status ekonomi keluarga (p=0,022; PR=1,589; CI=1,082-2,333), dan penyakit infeksi (p=0,010; PR=1,667; CI=1,217-2,284). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan protein defisit, ASI eksklusif, tingkat pendidikan ibu dasar, status ekonomi keluarga, dan penyakit infeksi dengan kejadian stunting. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian stunting yaitu asupan protein lebih dan tingkat pendidikan ibu menengah.

2024

10320050

S1 Kesehatan Masyarakat

KM1/24/050